MELUKAT: KETIKA RITUAL KUNO MENJADI JEMBATAN DIALOG ANTARAGAMA
MELUKAT: KETIKA RITUAL KUNO MENJADI JEMBATAN DIALOG ANTARAGAMA
MELUKAT: KETIKA RITUAL KUNO MENJADI JEMBATAN DIALOG ANTARAGAMA
DENPASAR – Dalam perbedaan budaya dan agama seringkali menjadi sumber perpecahan, dimana muncul sebuah fenomena menarik dari Pulau Dewata, Bali. Melukat merupakan sebuah upacara pembersihan yang sangat penting dalam tradisi masyarakat Bali yang telah berlangsung sejak zaman dahulu. Bertujuan untuk menyucikan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. Air yang digunakan berasal dari air alami atau mata air yang disakralkan dan telah di doakan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Bali yaitu, umat Hindu sampai saat ini. Tradisi Melukat membuat daya tarik umat beragama lain ingin mencoba untuk melakukan pembersihan diri. Tradisi ini merupakan bentuk kearifan lokal dimana masyarakat Bali yang menarik perhatian masyarakat luas, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda.
Melukat berasal dari kata Sulukat “Su” yang berarti baik dan “Lukat” yang berarti pensucian. Upacara ini dilakukan oleh pemangku. Air sebagai simbol kehidupan dan permunian karena dianggap suci. Melalui Melukat, seseorang dapat melepaskan diri dari segala kotoran fisik maupun batin, sehingga mencapai ketenangan dan keseimbangan dalam hidup. Penyucian diri melalui air memiliki makna yang mendalam sebagai sarana pembersihan diri. Hal ini menunjukkan bahwa Melukat memiliki budaya spesifik yang dapat menyentuh batin.
Melukat memiliki potensi besar untuk menjadi jembatan dialog antaragama. Memiliki sebuah pandangan yang sama bagi manusia dari berbagai latar belakang untuk saling memahami dan menghargai perbedaan. Nilai-nilai ini bersifat lintas agama dan dapat menjadi dasar untuk membangun dialog yang konstruktif. Melalui partisipasi dalam ritual Melukat, orang-orang dari berbagai agama dapat berbagi pengalaman bersama. Hal ini dapat memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antarmanusia.
“Menurut saya, melukat ini sangat baik untuk diri ini karena secara tidak langsung dapat membersihkan aura-aura negatif dari badan ini dan yang saya rasakan setelah melukat badan saya secara ringan, mood kembali ceria dan bawaannya gembira dan senang. Maka dari itu, tidak heran banyak yang datang ke Bali untuk mencoba melakukan kegiatan melukat ini” Kata Ni Made Serini salah satu pengunjung melukat Tirta Empul. (10/11/24)
Dalam mengembangkan Melukat sebagai sarana dialog antaragama, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti: melukat disalahartikan atau disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, perbedaan interpretasi terhadap ritual melukat dapat menimbulkan perdebatan. Namun demikian, tantangan ini juga membuka peluang untuk mengembangkan melukat menjadi sarana yang lebih inklusif dan bermakna, seperti: meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tujuan melukat.
“Harapan saya, semoga tradisi melukat ini tidak punah dan tradisi melukat ini sangat banyak memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan kita secara niskala dan sekala” Kata Pemangku melukat Tirta Empul. (10/11/24)