Budaya Nyongkolan di Lombok: Menguatkan Persatuan Melalui Moderasi Beragama

Tradisi Nyongkolan merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Sasak di Pulau Lombok yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal. Nyongkolan, prosesi adat yang biasanya dilakukan setelah akad nikah, menjadi simbol harmoni sosial yang melibatkan berbagai elemen masyarakat tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau status sosial.

Budaya Nyongkolan di Lombok: Menguatkan Persatuan Melalui Moderasi Beragama
Nyongkolan adalah prosesi adat yang dijalankan apabila adanya proses pernikahan antara Laki-Laki (Terune) dan Perempuan (Dedare) di dalam suku Sasak. Biasanya nyongkolan akan dilaksanakan setelah proses akad nikah, untuk waktu bisa ditentukan oleh kedua belah pihak
Budaya Nyongkolan di Lombok: Menguatkan Persatuan Melalui Moderasi Beragama

Lombok, Nusa Tenggara Barat – Tradisi Nyongkolan merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Sasak di Pulau Lombok yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal. Nyongkolan, prosesi adat yang biasanya dilakukan setelah akad nikah, menjadi simbol harmoni sosial yang melibatkan berbagai elemen masyarakat tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau status sosial. 

Dalam prosesi Nyongkolan, pasangan pengantin diarak menuju rumah mempelai wanita, diiringi kerabat dan warga setempat. Suasana penuh kehangatan ini diwarnai musik tradisional Gendang Beleq, tarian, dan pakaian adat Sasak. Tidak hanya warga Muslim, masyarakat dari latar belakang agama lain juga sering terlibat, baik sebagai peserta maupun penonton. 

Menurut tokoh adat setempat, Haji Lalu Mahfud, Nyongkolan mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan. "Tradisi ini tidak hanya tentang pernikahan, tetapi juga tentang persatuan. Semua orang terlibat tanpa membedakan latar belakang mereka. Ini adalah bentuk moderasi beragama yang tumbuh dari budaya kita," ujarnya. Moderasi beragama, yang menekankan keseimbangan antara keyakinan agama dan penghormatan terhadap perbedaan, sangat terasa dalam pelaksanaan Nyongkolan. Dalam acara ini, toleransi terlihat nyata ketika komunitas berbeda saling menghormati dan mendukung demi kelancaran prosesi. Nyongkolan juga berperan dalam melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Masyarakat Lombok, baik yang tinggal di desa maupun kota, tetap menjadikan tradisi ini sebagai momen penting untuk mempererat silaturahmi. Pengamat budaya, Dr. Ida Ayu Suryani, menjelaskan bahwa Nyongkolan adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal dapat menjadi medium untuk memperkuat moderasi beragama. "Budaya seperti Nyongkolan tidak hanya memperkuat identitas lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa kerukunan dan toleransi adalah bagian integral dari kehidupan bermasyarakat," ungkapnya. Dengan terus melestarikan tradisi Nyongkolan, masyarakat Lombok menunjukkan bahwa budaya lokal dapat menjadi penguat persatuan dalam keberagaman. Tradisi ini mengajarkan bahwa moderasi beragama bukan hanya konsep, tetapi juga praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Nyongkolan adalah bukti bahwa harmoni sosial dapat tercipta melalui penghargaan terhadap budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Di tengah keberagaman Indonesia, tradisi ini menjadi cermin persatuan dan toleransi yang patut dijaga dan diwariskan. 

Berkas