Dari Kampus ke Kampung: Menelusuri Akar Budaya Yogyakarta Bersama Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Melalui program Jogja Istimewa, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menjelajahi kekayaan budaya Yogyakarta di jantung Keraton. Mereka mendalami filosofi mendalam dari wayang kulit, kehalusan gerak Joged Mataram, hingga harmoni karawitan. Tidak hanya belajar, mereka juga menciptakan inovasi untuk melestarikan tradisi dengan sentuhan teknologi modern. Program ini membuktikan bahwa generasi muda mampu merawat warisan bangsa sekaligus membangun masa depan dengan semangat kreativitas dan cinta budaya. Dari langkah kecil di pendopo, lahir langkah besar untuk melestarikan identitas Indonesia.
Yogyakarta, (16 November 2024) – Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) kembali menggelar program tahunan “Jogja Istimewa,” yang mengajak mahasiswa untuk lebih dekat dengan akar budaya Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari penuh dan membawa para mahasiswa langsung ke lingkungan Keraton, tempat yang kaya akan tradisi dan seni Jawa. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi pelaku seni yang aktif mempelajari berbagai bentuk kebudayaan yang mendalam.
“Program ini bertujuan untuk memperkaya wawasan mahasiswa tentang kekayaan budaya Yogyakarta,” ujar ketua pelaksana program Jogja Istimewa. “Dengan terjun langsung ke lingkungan Keraton dan belajar dari para seniman, diharapkan mahasiswa dapat lebih menghargai dan melestarikan budaya Jawa.”
Belajar Wayang Kulit: Menghidupkan Karakter dengan Filosofi
Salah satu kegiatan utama dalam program ini adalah pelatihan seni pedalangan, di mana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mempelajari cara memainkan wayang kulit. Dalam sesi ini, para peserta diajarkan tentang sejarah wayang, simbol-simbol yang terkandung dalam tiap tokoh, serta teknik mendalang yang memerlukan penguasaan suara dan gerakan tangan. Mahasiswa juga diajak untuk mencoba mendalangi dan membawakan lakon sederhana yang penuh makna filosofis.
“Wayang kulit tidak hanya seni pertunjukan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan kehidupan,” ungkap koordinator kegiatan. Salah satu peserta, (Nanda) menambahkan, “Belajar wayang memberikan saya pemahaman lebih dalam tentang filosofi hidup masyarakat Jawa, seperti pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.”
Joged Mataram: Menyentuh Makna dalam Gerakan
Selain wayang kulit, mahasiswa juga belajar menari Joged Mataram, sebuah tarian tradisional Jawa yang sarat dengan makna dan filosofi. Tarian ini melambangkan keanggunan, keharmonisan, dan nilai-nilai budaya yang sangat mendalam. Dalam workshop tersebut, mahasiswa dilatih untuk melakukan gerakan-gerakan dasar yang menggambarkan nilai sopan santun, penghormatan, dan keindahan.
“Saya merasa sangat terhubung dengan budaya Jawa setelah mempelajari Joged Mataram. Setiap gerakan penuh dengan arti dan saya merasa lebih memahami pentingnya keselarasan dalam kehidupan sosial,” ujar salah satu peserta antusias.
Karawitan: Harmoni dalam Nada Tradisional
Pelatihan karawitan menjadi momen puncak yang penuh keceriaan. Suara gamelan mengalun saat peserta mencoba memainkan instrumen tradisional seperti gong, saron, dan kendang. Di bawah arahan pengrawit Keraton, mereka belajar menyusun harmoni sederhana yang membutuhkan kerja sama antaranggota.
“Karawitan mengajarkan nilai kerja sama. Setiap instrumen, meski kecil, punya peran penting,” ujar Eriks, mahasiswa Informatika. “Ketika semua berpadu, tercipta harmoni yang begitu indah.”
Kolaborasi para mahasiswa menghasilkan alunan gamelan yang sederhana, tetapi membangkitkan rasa bangga dan kecintaan terhadap tradisi.
Inspirasi untuk Generasi Muda
YD Krismiyanto, pembimbing program, berharap program ini menjadi langkah awal mahasiswa dalam mencintai dan melestarikan budaya. “Ketika generasi muda memahami akar budayanya, mereka tidak hanya menjaga identitas bangsa, tetapi juga membangun karakter yang kuat,” ujarnya.
Semangat mahasiswa untuk melestarikan tradisi juga terlihat dalam berbagai ide kreatif. Beberapa peserta bahkan merancang cara untuk memadukan budaya dengan teknologi. “Saya ingin membuat platform digital yang mengajarkan seni tradisional dengan cara modern agar lebih menarik bagi generasi muda,” tambah Alen penuh semangat.
Langkah Kecil untuk Warisan Besar
Jogja Istimewa bukan sekadar program budaya, melainkan perjalanan menyelami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni tradisional. Dari memainkan wayang hingga menciptakan harmoni gamelan, mahasiswa UAJY telah membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat dimulai dari langkah kecil. Keberhasilan program ini menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain untuk turut serta dalam pelestarian warisan budaya. Dengan semangat yang ditunjukkan generasi muda, budaya Indonesia akan tetap hidup sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.