NGEJOT: Niat Gotong Royong untuk Eksplorasi dan Jalinan Oase Toleransi

Tradisi “Ngejot” menjadi salah satu warisan budaya lokal yang menunjukkan kehangatan, toleransi, dan kebersamaan antar sesama masyarakat

NGEJOT: Niat Gotong Royong untuk Eksplorasi dan Jalinan Oase Toleransi
Tradisi Ngejot

Denpasar, Tradisi “Ngejot” menjadi salah satu warisan budaya lokal yang menunjukkan kehangatan, toleransi, dan kebersamaan antar sesama masyarakat, tanpa memandang perbedaan agama ataupun kepercayaan di tengah keberagaman masyarakat Bali. Tradisi ini merupakan bentuk kearifan lokal di mana masyarakat Bali saling berbagi makanan dengan tetangga dan saudara, terutama saat hari-hari perayaan besar keagamaan. Ngejot berasal dari kata “jot” yang dalam Bahasa Bali berarti “memberi”. Tradisi ini dilakukan dengan memberikan makanan kepada tetangga atau saudara terdekat, baik yang satu agama maupun berbeda keyakinan. Saat umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan misalnya, mereka akan memberikan jotan (hidangan maupun makanan) kepada tetangga yang beragama Islam atau Kristen. Sebaliknya, ketika umat Muslim merayakan Idul Fitri, mereka juga kerap berbagi makanan dengan tetangga yang beragama Hindu. I Wayan Sudarma, seorang warga Desa Kepaon, Denpasar, menjelaskan bahwa tradisi ngejot tidak hanya sekadar memberikan makanan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman. “Ngejot sudah seperti budaya kita, memberikan kebahagiaan dan rasa syukur kepada orang lain. Kami percaya bahwa dengan berbagi, kita bisa menjaga hubungan yang harmonis,” kata Sudarma saat ditemui di Denpasar pada Rabu (13/11/2024).

Pakar budaya Bali, Dr. Ni Luh Putu Widya, menuturkan bahwa ngejot adalah contoh nyata bagaimana masyarakat Bali menghargai perbedaan agama. “Tradisi ngejot sangat berarti untuk mempererat hubungan sosial dan memupuk rasa kebersamaan. Di Bali, perbedaan bukan menjadi penghalang, tetapi menjadi kekuatan untuk saling menghargai dan menjaga perdamaian,” jelasnya.

Ngejot menjadi contoh nyata dalam kehidupan masyarakat yang damai. Pemerintah Daerah Bali bahkan berupaya untuk menjadikan tradisi ini sebagai bagian dari program edukasi di sekolahsekolah untuk menumbuhkan rasa toleransi sejak dini. Diharapkan, generasi muda Bali dan Indonesia pada umumnya dapat menjaga nilai-nilai luhur ini, sehingga perdamaian dan kebersamaan dapat terus hidup dalam kebhinekaan