Petani Kangkung Turun Temurun ditengah Kota Ternate

Petani Kangkung Turun Temurun ditengah Kota Ternate
Hamparan kangkung saat musim panen tiba. Dibelakang lahan bertani gungung Gamalama terlihat jelas.

Petani kangkung di belakang Gedung Pramuka, Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, Kota Ternate, pada Rabu, (25/11/2024) sudah turun temurun menopang kehidupan sehari-hari dengan bertani di lahan tengah Kota Ternate.

Semenjak awal bertani pada  tahun 1980-an hingga kini, bertani sudah menjadi rutinitas dari warga disini untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka menganggap  bahwa hal ini juga membawa dampak positif petani itu sendiri. 

Salma, salah seorang petani mengatakan mungkin budaya ini telah melekat dalam adat dan tradisi masyarakat Maluku Utara. Lahannya dalam sebulan bisa dua kali panen. "Lahan sekitar 100 Meter lebih itu bisa dipanen dua kali selama sebulan". Panen pun ia dan suaminya yang kerjakan. Hasil yang diperolehnya bisa sampai tiga juta, itupun kalau harga pasar lagi bagus.

Kangkung yang ia dan suaminya produksi, bisa sampai 150-200 ikat, tergantung kemampuan. Usianya yang sudah senja menjadi penyebab kemampuan produksi salma menurun. Kata dia, terkadang petani disini tidak diminta untuk membantu, mereka justru menawarkan diri untuk membantu, asalkan ketika giliran punya mereka panen juga harus dibantu kembali.

Rosita, pekerja tani kangkung yang berusia 36 tahun, bekerja ketika umurnya masih belasan tahun. Pendapatan dari kankung tergantung keadaan pasar dan cuaca, bila hujan lebat panjang, kankung akan terendam air dan gagal panen, dan kalau panas panjang [kemarau], kangkung akan menguning dan tidak bisa dijual. 

Petani yang akrab disapa Ita itu memiliki dua lahan, satu di pinggiran pantai, satunya di belakang SMP Negri 03 Kota Ternate, lahan itu selain menanam kangkung, juga ditumbuhi tanaman pandan. Ita dibantu anak-anaknya saat memanen.

"Biasa perhari bisa sampai satu juta lebih, itupun kalau harga pasar lagi bagus. Seperti yang kami rasakan ketika panen, terkadang di bantu-bantu oleh petani yang ada disini seperti ibu roswita itu, walaupun kadang  hanya saya dan suami yang panen sendiri." ungkapnya.

Penulis: Sukriyanto Safar