Sewang-Sewang Tak Lekang Zaman: Mengenal Tradisi Rewang

Di tengah kehidupan masyarakat modern, tradisi rewang harus tetap dilestarikan. Rewang menjadi bentuk partisipasi masyarakat dalam membantu tetangga dan menjalin kebersamaan.

Sewang-Sewang Tak Lekang Zaman: Mengenal Tradisi Rewang
Sumber: KOMPAS.com/REZA AGUSTIAN

Masyarakat tradisional di Jawa Tengah masih melestarikan tradisi rewang. Tradisi ini biasanya dilakukan di desa-desa untuk membantu tetangga yang sedang mempunyai hajatan. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak muda semua turut berpartisipasi di dalamnya.

Dilansir dari liputan6.com, ibu-ibu dalam suatu desa biasanya menjadi ‘kanca wingking’ bagi orang yang mempunyai hajatan. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, ‘kanca’ adalah teman dan ‘wingking’ adalah belakang. Maksud dari kata ini adalah ibu-ibu difokuskan pada kegiatan di belakang, yakni di dapur.

Ibu-ibu biasanya memasak dan mempersiapkan kebutuhan makanan untuk disuguhkan kepada tamu yang hadir, sedangkan bapak-bapak menyiapkan peralatan, membuat teh, dan menjaga parkir. Anak muda tidak ketinggalan. Masyarakat biasa menyebut mereka ‘sinoman’, yakni bertugas untuk menyuguhkan makanan kepada para tamu.

Dikutip dari rri.co.id, tuan rumah atau pemilik hajatan tidak diperkenankan untuk menengok atau keluar masuk dapur. Hal ini merupakan sebuah tata krama tidak tertulis yang memiliki arti bahwa pemilik hajatan sudah menyerahkan kepercayaannya terhadap tetangga yang rewang.

Biasanya dua pekan atau bahkan satu bulan sebelumnya, pemilik hajatan akan menghubungi tetangga yang dapat dipercaya untuk mengelola jamuan pesta. Mayarakat desa masih menganut bahwa tradisi rewang ini adalah sebuah kewajiban untuk menghindari hukum sosial. Pasalnya, jika ada warga yang tidak mengikutinya, maka ketika mereka mempunyai hajatan, masyarakat tidak akan membantu pelaksanaannya.

Dengan adanya tradisi rewang ini, masyarakat dapat menjalin silaturahmi dan bercerita satu sama lain. Rewang bisa dikatakan menjadi salah satu penentu keberhasilan hajatan karena masyarakat bergotong royong dan saling membantu.

Dilansir dari surakarta.go.id masyarakat dengan senang hati dan secara sukarela bekerja membantu tetangga melalui tradisi rewang. Mereka tidak mendapatkan upah, juga tidak mengharapkan imbalan. Hal ini sangat menarik dan dapat memperkuat ikatan persaudaraan.

Di tengah menjamurnya jasa catering, wedding organizer, hingga event organizer, tradisi rewang harus tetap dilestarikan. Hal ini dapat mengajarkan kepada anak cucu nantinya untuk saling membantu dan menjalin interaksi dengan tetangga.