Tabuik: Melestarikan Warisan Budaya dan Keberagaman di Pariaman

Festival Tabuik, sebuah tradisi kaya sejarah dan budaya di Pariaman, Sumatera Barat, digelar setiap tahun pada tanggal 10 Muharram. Perayaan ini menarik ribuan pengunjung dan melestarikan warisan budaya Minangkabau.

Tabuik: Melestarikan Warisan Budaya dan Keberagaman di Pariaman
Festival Tabuik

Pariaman, Sumatera Barat - Festival Tabuik, sebuah tradisi yang kaya akan makna sejarah dan budaya, yang digelar di Kota Pariaman pada 19-30 Juli 2023. Perayaan tahunan ini menarik ribuan pengunjung dari berbagai penjuru, baik lokal maupun internasional, yang ingin menyaksikan keunikan dan kemeriahan festival ini.

Tabuik berasal dari Bahasa Arab, yaitu at-tabut, yang berarti peti atau keranda. Di Pariaman, tabuik bearti keranda bambu, kayu, atau rotan berhiaskan bunga salapan yang diibaratkan usungan mayat Husein bin Ali. Tradisi ini dimulai Ketika bangsa Cipei membawa perayaan tabuik dari Bengkulu ke Pariaman setelah Perjanjian Traktat London tahun 1824 antara Inggris dan Belanda.

Walikota Pariaman, Dr. H. Genius Umar, M.Si., menjelaskan bahwa Festival Tabuik adalah salah satu cara untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Minangkabau yang berlandaskan prinsip Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah. “Festival ini adalah bentuk nyata dari bagaimana kita menjaga adat dan syariat dalam kehidupan sehari-hari, serta memperkenalkan kekayaan budaya kita kepada dunia,” ujar Genius Umar.

Festival Tabuik diadakan setiap tahun pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam sebagai bagian dari peringatan Asyura. Tabuik sendiri adalah replika simbolis dari peti mati Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, yang gugur dalam pertempuran di Karbala.

Selama festival, dua tabuik besar, yaitu "Tabuik Pasa" dan "Tabuik Subarang," diarak dalam prosesi yang penuh semangat menuju Pantai Gandoriah. Prosesi ini diiringi oleh musik tradisional, tarian, dan pertunjukan seni lainnya, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.

Tradisi tabuik juga mencerminkan interaksi sosial yang kuat di antara Masyarakat Minangkabau. Keterlibatan Masyarakat dalam setiap tahap upacara menunjukkan semangat kebersamaan dan solidaritas. Selain itu, perayaan ini juga menarik perhatian wisatawan, yang tidak hanya ingin menyaksikan keunikan budaya, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Budaya Minangkabau, dengan prinsip Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah, menerima Tabuik sebagai bagian dari warisan budaya mereka dengan cara yang unik. Meskipun asal-usul tradisi ini dari Syiah, masyarakat Minangkabau telah mengadaptasinya sehingga selaras dengan nilai-nilai Islam yang mereka junjung tinggi.

Festival ini juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat lokal dengan meningkatnya kunjungan wisatawan yang berkontribusi pada pendapatan kota. Berbagai kios makanan, kerajinan tangan, dan suvenir lokal meramaikan acara, memberikan peluang ekonomi tambahan bagi warga setempat.

Melalui Festival Tabuik, Kota Pariaman tidak hanya melestarikan warisan budaya yang berharga, tetapi juga memperkuat identitas dan kebersamaan masyarakat, serta memperkenalkan kekayaan budaya Sumatera Barat kepada dunia. Acara ini diharapkan dapat terus dilestarikan dan dikembangkan untuk generasi mendatang.

Seiring berjalannya waktu, Upacara Tabuik telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga tradisi agar tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Dengan demikian, Upacara Tabuik bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi juga merupakan upaya untuk meneruskan nilai-nilai budaya dan agama kepada generasi mendatang.